Agama Islam diperkirakan masuk ke Nusantara pada abad ke-7 atau 8, dan berkembang secara masif pada abad ke-13 silam. Jejak keberadaan penyebaran agama Islam pada masa lalu bisa dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam.
Meski sudah berusia ratusan tahun, namun peninggalan sejarah kerajaan Islam yang tersebar dari Aceh hingga Kepulauan Maluku sampai saat ini masih terawat dengan baik.
1, Makam Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Samudera Pasai meninggalkan jejak berupa beberapa makam dengan batu nisan yang indah bentuknya.
Salah satunya adalah makam Sultan Malik Al-Saleh atau Meurah Silu, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai.
Makam dengan angka 1297 Masehi ini diklaim sebagai batu nisan tertua yang ditemukan.
Batu nisan pada makam Sultan Malik Al-Saleh menunjukkan bukti adanya pengaruh Islam dari Gujarat di Samudera Pasai.
2, Lonceng Cakra Donya.
Lonceng Cakra Donya adalah peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang diperkirakan dibuat pada 1409 Masehi.
Lonceng setinggi 125 cm dan lebar 75 cm ini berupa mahkota besi berbentuk stupa.
Lonceng Cakra Donya diduga sebagai hadiah dari kekaisaran China kepada Sultan Samudera Pasai.
3, Makam sultan iskandar muda.
Salah satu peninggalan sejarah dari Kesultanan Aceh adalah Makam Sultan Iskandar Muda, orang yang sangat berpengaruh di Kesultanan Aceh Darussalam. Makam Iskandar Muda berada di dekat Krueng Daroy, bersebelahan dengan Meuligoe Aceh, kediaman resmi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, berdampingan dengan Museum Aceh.
4, Masjid Baitturrahman di Banda Aceh.
Masjid ini dibangun pada masa jabatan Sultan Iskandar Muda, yakni pada tahun 1607 hingga 1636 Masehi. Masjid Baitturrahman Aceh dijadikan sebagai tempat beribadah dan juga menjadi pusat pendidikan ilmu agama Islam. Kemudian masjid ini adalah landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh, dan selamat dari bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam.
5, Taman Sari Gunongan.
Taman Sari Gunongan menjadi bukti cinta Sultan iskandar muda kepada istrinya, yang dulunya merindukan kampung halaman. Tempat ini menjadi tempat bersenang-senangnya permaisuri.
6, Masjid Agung Banten.
Peninggalan Kerajaan Banten yang sampai sekarang masih terawat dengan baik adalah Masjid Agung Banten. Masjid ini berada di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen dan dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun 1556.
Masjid ini memiliki bentuk arsitektur Jawa Kuno yang memadukan sedikit arsitektur dari Eropa, Mughal, Arab, Tiongkok, dan Belanda. Masjid ini sampai sekarang selalu ramai karena dikunjungi oleh masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu arsitektur khas dari masjid ini adalah bentuk menaranya yang mirip dengan bangunan mercusuar.
7, Keraton Surosowan.
Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522 hingga 1526, pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Keraton ini berfungsi sebagai tempat tinggal dan juga sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Banten, dengan bangunan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh, dengan sudut benteng yang berbentuk intan, di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
8, Makam Sunan Kalijaga.
Perlu diingat, Wali Songo termasuk Sunan Kalijaga menjadi tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kerajaan Demak. Sunan Kalijaga telah wafat pada 1520 silam, dan dikebumikan di Desa Kadilangu.
Makam Sunan Kalijaga menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Demak yang masih lestari. Wisatawan kota Demak tak pernah lupa menyambangi situs ini untuk berziarah dan melantunkan doa.
9, Masjid Agung Demak.
Masjid ini adalah salah satu kompleks masjid tertua yang berada di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Masjid ini diyakini dibangun oleh Wali Songo, dengan sosok yang paling menonjol Sunan Kalijaga, pada masa penguasa Kesultanan Demak pertama, Raden Patah pada abad ke-15.
10. Keraton Kasepuhan Cirebon.
Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada sekitar tahun 1529, pada masa perkembangan Islam. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yaitu kereta Singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati. Kereta tersebut saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
11, Kereta Singa Barong Kasepuhan.
Kereta Singa Barong Kasepuhan adalah karya Penembahan Losari, cucu Sunan Gunung Jati yang dibuat pada tahun 1549 Masehi. Kereta tersebut memiliki bentuk mengambil bagian tubuh sejumlah binatang. Maksudnya tidak lain, sebagai lambang persahabatan dengan sejumlah negara.
12, Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 Masehi atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Menurut tradisi, pembangunan masjid ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri.
13, Makam Sunan Gunung Jati.
Makam Sunan Gunung Jati terletak di bukit kecil yang sering dikenal Gunung Sembung. Kompleks makam tersebut berada di lintasan Cirebon-Indramayu.
Makam ini selalu dipadati pengunjung dari berbagai daerah, untuk berziarah ke makam salah satu wali penyebar agama Islam. Makam Sunan Gunung Jati terletak hanya 4,5 km dari Stasiun Cirebon, tepatnya di Jalan Alun-Alun Ciledug Nomor 53, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon.
14, Masjid Agung Deli.
Masjid Agung Deli atau yang lebih dikenal Masjid Raya Medan adalah sebuah masjid yang berada di Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini merupakan bagian dari kompleks Istana Maimun. Gaya arsitekturnya memadukan unsur Timur Tengah, India, dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara, dan barat.
15, Masjid Johor Bahru.
peninggalan kerajaan malaka ini secara resmi bernama Masjid Negeri Sultan Abu Bakar adalah sebuah kompleks masjid yang berada di kota Johor Bahru, Provinsi Johor, Malaysia. Masjid ini awalnya dibangun pada tahun 1892, atas perintah Sultan Abu Bakar dari Johor. Masjid ini juga menampilkan beberapa elemen arsitektur Moor, bersama dengan sedikit pengaruh arsitektur Melayu.
16, Keraton Sultan Ternate.
Keraton Kesultanan Ternate adalah istana kediaman Sultan Ternate bergaya bangunan Abad XIX, berlantai dua, menghadap ke arah laut dikelilingi perbentengan, terletak satu kompleks dengan Masjid Sultan Ternate. Di halaman samping kanan depan terdapat pintu gerbang yang disebut Ngara Upas. Memasuki istana dari depan melalui dua buah tangga masing-masing beranak tangga 27 buah. Sesudah melewati tangga-tangga tersebut, ditemui balkon, selanjutnya ke ruang tamu melalui sebuah pintu yang disebut Hajral. Di atas pintu ini terdapat prasasti yang bertuliskan Arab, isinya menjelaskan tentang pendirian Kesultanan Ternate.