CANDI CANDI PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM KUNO


 

Kerajaan mataram kuno, atau kerajaan medang adalah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi, yang didirikan oleh Sanjaya. Kerajaan ini terkenal dengan seni dan arsitektur Jawa klasik yang tercermin dalam pertumbuhan pesat pembangunan candi, yang menghiasi lanskap kerajaan mataram. Berikut adalah beberapa candi peninggalan kerajaan mataram kuno.

1, Candi Kalasan.

Candi Kalasan atau Candi Kalibening merupakan sebuah Bangunan Cagar Budaya yang dikategorikan sebagai candi umat Buddha. Candi ini terletak di Sleman, Yogyakarta. Candi ini memiliki 52 stupa, dan berada sekitar 2 km dari candi Prambanan. Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang ditemukan pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka ditemukan lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di sekitar candi ini. Selain candi Kalasan dan bangunan - bangunan pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di luar bangunan candi utama, berbentuk stupa.

2, Candi Sambisari.

Candi Sambisari adalah candi Hindu Siwa yang berada di Sleman, Yogyakarta. Posisinya kira-kira 4 km sebelah barat kompleks Candi Prambanan.

Candi ini diperkirakan dibangun pada dekade awal abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Syailendra. Perkiraan ini didasarkan pada gaya tulisan lempengan emas yang ditemukan tahun 1977, di kompleks candi ini, serta informasi dari prasasti Wanua Tengah III yang menyebutkan bahwa Rakai Garung memerintah Medang pada awal abad ke-9. Kompleks candi dikelilingi oleh dua lapis pagar batu. Pagar luar berdimensi 50 meter kali 48 meter, berupa pagar batu rendah. Lapisan pagar dalam, terbuat dari batu berketinggian 2 meter dengan tebal 50 cm. Di dalam pagar berdiri candi utama didampingi oleh tiga Candi Pendamping.

3, Candi Plaosan.

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Klaten, Jawa Tengah. Candi ini terletak kira-kira 1km ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi pendamping yang berbentuk stupa, menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Pada masa lalu, Kompleks percandian ini dikelilingi oleh parit berbentuk persegi panjang. Sisa struktur tersebut masih bisa dilihat sampai saat ini di bagian timur candi.

4, Candi Sari.

Candi Sari atau juga disebut Candi Bendah, adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Sambisari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang tampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.

Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat 2 berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para Biksu pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para biksu.

5, Candi Ratu Boko.

Situs Ratu Boko atau Istana Raja Baka adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan. Situs Ratu Boko terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks adalah sekitar 25 hektare.

Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs permukiman dan tempat tinggal raja. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra dari Kerajaan Medang. Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, yang diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton. Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng, dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan. Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.