Babi ngepet adalah siluman babi untuk pesugihan dalam legenda masyarakat Indonesia.
Mitos babi ngepet memang sudah hidup dan berkembang menjadi cerita rakyat di Indonesia. Meskipun ada di mana-mana, cerita babi ngepet ini lekat dalam masyarakat Betawi. Seperti yang dimuat dalam buku Cerita Rakyat Betawi tahun 2004. Babi ngepet digambarkan sebagai siluman babi yang berasal dari gunung. Mitos menceritakan bahwa tindakan pesugihan ini dilakukan hanya pada malam hari tertentu, dan oleh dua orang. Biasanya sepasang suami istri, dengan suami sebagai tuan yang akan menjadi babi, dan istri sebagai pembantunya. Tindakan ini didahului dengan puasa beberapa hari sebelumnya. Tindakan ini juga disertai sesaji yang terdiri atas kembang setaman, minyak wangi, kopi pahit, jajan pasar, kemenyan atau setanggi dan darah ayam cemani, serta dilengkapi dengan baskom berisi air yang di tengahnya ditaruh sebatang lilin atau lampu minyak kecil.
Tindakan dimulai dengan si tuan akan membungkus dirinya dengan kain hitam, sehingga secara ajaib berubah bentuk menjadi seekor babi. Si Babi Ngepet ini kemudian akan keliling kampung dengan hati-hati agar tidak terlihat orang untuk mencuri. Hanya dengan menggesekkan tubuhnya ke dinding rumah, maka uang dan perhiasan pemilik rumah secara ajaib akan terambil. Sebelum fajar datang, Si Babi Ngepet akan pulang ke rumah dan berubah bentuk kembali menjadi manusia, dengan kain hitamnya terisi uang dan perhiasan yang dicuri.
Sementara si pembantu bertugas untuk tetap tinggal di rumah menjaga api lilin, atau lampu harus tetap menyala selama si tuan bertindak. Jika nyala lilin atau lampu bergoyang atau meredup, itu menandakan bahwa si tuan dalam bahaya, misalnya tepergok dan dikejar orang. Dalam kondisi ini, si pembantu harus mematikan lilin atau lampu tersebut agar si tuan dapat segera berubah bentuk kembali menjadi manusia dan menghilang kembali ke rumah dengan selamat. Apabila si pembantu lalai, maka si tuan mungkin tertangkap atau bahkan terbunuh dan lilin atau lampu akan padam dengan sendirinya.
Mitos menceritakan bahwa siluman babi ini berasal dari Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur. Pelaku yang ingin menguasai ilmu hitam pesugihan ini bersama istrinya akan datang ke gunung, menemui kuncen. Setelah mereka menyerahkan sesajen dan uang mahar, dan menyatakan siap menanggung segala akibatnya, maka kuncen akan mempertemukan mereka dengan siluman babi. Si pelaku akan membuat perjanjian menyerahkan tumbal nyawa dari kerabat dekat yang disayangi, biasanya anaknya sendiri. Jika janji ini tidak dipenuhi, maka nyawa si pelaku sendiri yang akan menjadi gantinya. Setelah itu si pelaku akan memakan kotoran dari siluman babi, lalu kuncen akan memberikan petunjuk serta alat kerja berupa sebuah kain hitam ghaib.